Zoroastrianisme
merupakan agama monoteisme tertua di dunia.
(*Monoteisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan itu satu/tunggal dan berkuasa penuh atas segala sesuatu di alam semesta).
Zoroastrianisme
atau Mazdayasna adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh
ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster. Zoroastrianisme
dahulu kala adalah sebuah agama yang berasal dari daerah Persia Kuno atau kini
dikenal dengan Iran. Di Iran, Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Mazdayasna
yaitu kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau "Tuhan yang
bijaksana". Di Arab, Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Majusi. Kata
“majusi” yang disebut dalam bahasa Arab yaitu orang-orang Zoroaster diadaptasi
dari kata “ma-gu-sy” atau “magu” Persia kuno yang kemudian menjadi Magus
setelah kata ini masuk dalam peristilahan bahasa Yunani. Kata magic dalam
bahasa Inggris juga diadopsi dari kata ini. Dengan masuknya kata ini ke dalam
bahasa Arab, kata ini kemudian menjadi Majusi. Agama ini dibangun oleh
Zarahustra.
**Latar
Belakang Agama Zoroastrianism.
Zarathustra atau Zoroaster adalah pelopor berdirinya Zoroastrianisme di Iran (Persia). Ia hidup sekitar abad ke-6 SM. Zarathustra berasal dari keturunan suku Media. Ia adalah seorang imam yang dididik dalam tradisi Indo-Iran. Sebelumnya, agama yang ada di Iran (Persia) bersumber pada macam-macam ajaran seperti politeisme, paganisme, dan animisme. Zarathustra yang merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran yang berkembang di Iran pada waktu itu berusaha membawa pembaruan. Oleh sebab itu, oleh para ahli ia kemudian dianggap sebagai salah satu tokoh pembaru agama tradisional. Zarathustra dikenal sebagai "nabi" yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup melakukan berbagai mujizat. Selama bertahun-tahun ia berusaha menemukan penyingkapan-penyingkapan dari kebenaran spiritual.
Zarathustra
ingin memperbaiki sistem kepercayaan dan cara penyembahan kepada dewa-dewa yang
berkembang di Persia saat itu. Pada usia tiga puluh tahun, Zarathustra menerima
sebuah penglihatan. Menurut legenda, ia melihat cahaya besar yang kemudian
membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda. Sejak perjumpaannya dengan Ahura
Mazda, Zarathustra menjadi semakin giat menyebarkan ajaran bahwa segala sesuatu
yang baik berasal dari Ahura Mazda. Ajarannya yang sangat berbeda dengan
kepercayaan yang ada pada waktu itu menyebabkan Zarathustra mendapat tekanan.
Ia
pun akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dan pergi ke Chorasma atau
(Qarazm). Pada tahun 618 SM Raja Chorasma yaitu Vitaspa dan menterinya Yasasp
yang menikahi Pauron Chista kemudian menjadi penganut Zoroastrianisme. Barulah
Zoroastrianisme mengalami perkembangan dan semakin bertambah banyak yang menjadi
pengikutnya. Zarathustra meninggal di usia 77 tahun. Ketika Islam berkuasa di
Persia tahun 636-637 Masehi, Zoroastrianisme sempat mengalami kemunduran.
Banyak penduduk Persia yang lebih tertarik kepada agama Islam. Sekelompok
pemeluk Zoroastrianisme kemudian pergi ke India dan menetap di Bombay. Di sana
mereka dikenal dengan sebutan orang-orang Parsi.
**Ajaran
Zoroasterianism.
Terdapat 3 konsep penting dalam Zoroaster: Goftare Nik, Pendare Nik, Kerdare Nik (berkata, berpikir dan berlaku baik). Mereka juga menghormati api dan menjaganya tetap hidup dalam perayaan di Atashkade (tempat ibadah). Mereka juga berbuat baik kepada hewan, terutama anjing dan sapi, bertingkah laku baik terhadap masyarakat. Mereka tidak mengubur mayat dalam tanah atau membuangnya ke laut, atau membakarnya, karena itu semua adalah suci. Mereka biasanya meletakkannya di sebuah tempat yang bernama dakhme, sehingga dekomposer atau hewan lainnya memakan mayat mereka. Namun beberapa dekade ini mereka mulai mengubur mayat dalam tanah.
Tentang
akhir zaman, mereka yakin akan adanya seorang munji atau juru selamat yang akan
memenuhi bumi dalam kedamaian. Terdapat tiga munji yang akan muncul:
1.
Hushidar, yang muncul 1000 tahun setelah Zartosht.
2.
Huhidarmah, yang muncul 2000 tahun setelah Zartosht.
3.
Sushiyans yang muncul 3000 tahun setelah Zartosht.
Mereka
juga berkayakinan akan adanya hari akhirat, dan percaya bahwa ruh manusia akan
hidup abadi di alam sana. Mereka percaya akan adanya alam barzakh dan
penghisaban amal baik dan buruk, berakidah akan adanya jembatan cinvat
(sirath). Namun yang menarik dari ajaran ini, Neraka mereka tidak panas,
melainkan nereka adalah sebuah tempat yang sangat dingin dan kotor yang
dipenuhi oleh hewan yang siap menyiksa mereka.
Manusia
Dalam teks yang berjudul “Nasihat Pilihan dari Para Bijak Bestari Zaman Dulu”
atau dikenal juga sebagai “Kitab Nasihat Zartusht” ditemukan konsep tentang
manusia. Manusia pada asalnya, adalah wujud gaib, dua rohnya, dalam bentuk
Fravashi, ada sebelum jasmaninya. Baik jasad maupun rohnya adalah ciptaan Ahura
Mazda, dan roh tidak bersifat abadi. Manusia adalah milik Tuhan dan kepada-Nya
dia akan kembali.
Ahriman
atau Angra Mainyu adalah penentang Tuhan. Dia seperti Tuhan adalah roh gaib
murni; Ahura Mazda adalah musuh abadi, cepat atau lambat pertarungan di antara
keduanya tidak akan terelakkan. Penciptaan atau makhluk bagi-Nya merupakan
suatu kebutuhan bagi pertarungan-Nya melawan syetan, dan manusia berada di
garis depan pertempuran ini. Dalam hal ini, manusia tidak dipaksa Tuhan, tetapi
karena dia bebas dan sukarela menerima peran ini ketika ditawarkan kepadanya.
Di dunia, setiap orang bebas memilih baik atau buruk. Jika dia memilih
keburukan berarti dia bertindak tidak alami, karena “ayahnya” adalah Ahura
Mazda.
Hal
diatas sesuai dengan pendapat As-Syahrastani yang mengatakan, “Manusia bertugas
untuk senantiasa membantu kebaikan dan cahaya di tengah pergulatan Ahura Mazda
dan Ahriman. Hal ini dapat diwujudkan dengan senantiasa melakukan kebaikan,
berakhlak mulia, serta menerapkan undang-undang dan hukum dalam kehidupan
sehari-hari. Semua itu dilandaskan atas kebebasan untuk memilih. Siapa yang
memilih kebaikan dan kebenaran, maka dia akan menuai hasilnya di kehidupan dan
akhirat yang abadi kelak. Adapun orang yang membela kejahatan dan kedustaan,
dia pun akan mendapatkan siksa di neraka yang abadi.”
Bagi
agama Zoroaster peran manusia di dunia, yaitu bekerja sama dengan alam serta
menjalani kehidupan yang saleh dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang
baik. Di dunia, manusia memiliki kewajiban untuk hidup berumahtangga dengan
memiliki istri dan anak. Semakin banyak manusia, semakin baik karena akan
semakin mudah mengalahkan Ahriman.
**Konsep
Etika.
Sebagian besar ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Moralitas Zoroaster diungkapkan dengan tiga kata; humat, hukht, dan huvarsht-- pikiran baik, perkataan baik, dan perbuatan baik. Yang paling utama dari ketiga hal itu, adalah perbuatan baik.
Yang
paling utama dan penting bagi manusia adalah bertindak sesuai akal sehat.
Manusia hendaknya menikmati hal-hal yang baik di dunia ini sambil mempersiapkan
diri dengan perilaku yang benar dan masuk akal bagi kehidupan abadi di akhirat.
Kehidupan yang pertama itu lebih buruk, karena mengandung makna penghinaan
kepada Tuhan yang menjadikan dunia dan membuatnya baik serta menempatkan
manusia di dalamnya untuk melawan kejelekan dan kejahatan yang hanya bisa
dicapai dengan memakmurkan dunia.
Inti
ajaran Adhurbadh bin Mahraspand adalah:
"Hiduplah
dengan baik dan menjadi orang yang berguna, berilah perhatian kepada sesama,
laksanakan kewajiban-kewajiban agama, garaplah tanah, hiduplah berkeluarga dan
didiklah anak-anak sehingga menjadi terpelajar. Ingatlah bahwa hidup di dunia
ini adalah sebuah pendahuluan bagi hidup di hari nanti. Dan roh orang yang
meninggal akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikerjakannya di dunia.”
Selain
itu, agama Zoroaster juga mengajarkan kewajiban-kewajiban yang harus
dilaksanakan pada hari-hari yang berlainan setiap bulannya. Misalnya, (119-134)
Minumlah anggur dan bersukarialah. Pakailah baju-baju baru. Pergilah ke kuil
api. Bergembiralah. Olahlah tanahmu. Galilah saluran irigasimu. Tanamlah semak
dan pohon. Cucilah kepalamu, potong rambutmu dan kukumu. Berjalan-jalanlah dan
jangan membikin roti karena hal itu adalah dosa besar. Dan sebagainya.
**Konsep
Ketuhanan.
Di dalam ajaran Zoroastrianisme, hanya ada satu Tuhan yang universal dan Maha Kuasa, yaitu Ahura Mazda. Ia dianggap sebagai Sang Maha Pencipta, segala puja dan sembah ditujukan hanya kepadanya. Pengakuan ini adalah bentuk penegasan bahwa hanya Ahura Mazda yang harus disembah di tengah konteks kepercayaan tradisional masyarakat Iran yang kuat dengan pengaruh politeisme.
Zoroastrianisme
mempunyai prinsip dualisme yang mempercayai bahwa ada dua kekuatan yang
bertentangan dan saling beradu yakni kekuatan kebaikan dan kejahatan. Dalam
tradisi Zoroastrianisme, yang jahat diwakili oleh Angra Mainyu atau Ahriman,
sedangkan yang baik diwakili oleh Spenta Mainyu. Manusia harus selalu memilih
akan berpihak pada kebaikan atau kejahatan selama hidupnya. Akan tetapi, dengan
paham dualisme ini tidak berarti bahwa Zoroastrianisme tidak mengakui
monoteisme karena Ahura Mazdalah satu-satunya Tuhan yang disembah. Ahura Mazda,
pada saatnya akan mengalahkan kekuatan yang jahat dan berkuasa penuh. Ahriman
dan para pengikutnya akan dimusnahkan untuk selamanya. Meskipun ajaran
Zarathustra mengajarkan monoteisme dengan Ahura Mazda sebagai satu-satunya dewa
yang harus disembah namun keberadaan dewa-dewa lain pun tetap diakui. Dewa-dewa
yang turut diakui keberadaanya ada lima yaitu:
1.
Asha Vahista, dewa tata tertib dan kebenaran yang berkuasa atas api.
2.
Vohu Manah, dewa yang digambarkan sebagai sapi jantan ini dikenal sebagai dewa
hati nurani yang baik.
3.
Keshatra Vairya, yaitu dewa yang berkuasa atas segala logam.
4.
Spenta Armaity, yaitu dewa yang berkuasa atas bumi dan tanah.
5.
Haurvatat dan Amertat, yaitu dewa-dewa yang berkuasa atas air dan
tumbuh-tumbuhan.
Keyakinan
terhadap Ahura Mazda, atau Pengakuan keimanan yang harus diucapkan setiap orang
yang beriman di dalam agama Zoroaster (Credo (syahadat)) itu berbunyi:
"I
confess myself a worshipper of Mazda, a follower of Zarathustra, one who hates
the daevas, and who obeys the Law of Ahura"
(Saya
mengaku diriku penyembah Mazda, pengikut Zarathustra, yang membenci daevas dan
mentaati Hukum Ahura).
Di
dalam kebaktian sehari-hari, setiap orang beriman itu harus menegaskan
kepercayaan bahwa ajaran Zarathustra itu melebihi ajaran agama-agama lainnya,
dengan mengucapkan:
"Yes,
I praise the Faith of Mazda, the holy creed which the most imposing, best and
most beautiful of all religious which is exist and of all that shall in future
to some to knowledge".
(Ya,
saya memuji keimanan terhadap Mazda, pengakuan suci yang amat mengesankan itu,
yang amat baik, amat molek dari seluruh agama yang ada dan yang bakal dapat
diketahui masa depan).
Jadi,
keimanan yang paling pokok di dalam agama Zoroaster itu adalah pengakuan terhadap
Ahura Mazda, terhadap Kodrat Maha Tunggal dan Maha Bijaksana. Di dalam sebuah
nyanyian keagamaan yang termuat pada bagian Gatha di dalam kitab Yasna dijumpai
bait yang berbunyi:
"From
Him, that world has emanated, His guiding spirit is the Holy Spirit".
(Dari
Dia, alam semesta berasal. Rohnya yang membimbing adalah Rohul kudus).
**Keyakinan
terhadap Spenta Mainyu
Ahura
Mazda itu, selain menciptakan alam, juga menciptakan kodrat-kodrat rohani yang
dipanggil dengan Mainyu. Kodrat-kodrat rohani itu terbagi menjadi dua golongan:
Spenta Mainyu dan Angro Mainyu. Spenta Mainyu bermakna Mainyu yang baik, dan
Angro Mainyu bermakna Mainyu yang angkara.
Para
pengikut Spenta Mainyu dari lingkungan kodrat-kodrat rohani itu dipanggil
dengan ahuras, dan para pengikut Angro Mainyu dari lingkungan kodrat-kodrat
rohani itu dipanggil dengan daevas.
Spenta
Mainyu menempati kedudukan tertinggi dan termulia, terdiri atas enam kodrat
rohani, satu persatunya memegang fungsi khusus, yaitu: Vohu Manah, perlambang
ingatan yang baik dan menempati kedudukan sebagai utusan Ahura Mazda dan Asha,
perlambang ketertiban dan keadilan; dan Kshatra, perlambang kesucian dan
welas-asih; Haurvatat, perlambang kesentosaan dan kemakmuran; dan Ameretat,
perlambang keabadian. Keenam Spenta Mainyu itu disebut Amesha Spenta atau
Amshapands.
**Keyakinan
terhadap Angro Mainyu
Sebutan
daevas dijumpai 66 kali di dalam kitab suci Avesta pada bagian Gatha, yakni
bagian yang dipandang paling tertua dan masih memiliki ungkapan-ungkapan bahasa
Iran Tua. Sebutan Angro Mainyu, sebagai kodrat yang angkara murka, hanya
dijumpai dalam ayat-sisipan, yaitu di dalam Yasna, 45:2.
Di
dalam kitab suci Avesta dengan tegas menyatakan secara berulang kali, bahwa:
"Ahura
Mazda, the Creator, radiant, glorious, greatest and best, most beautiful, most
firm, wisest, most perfect, and the most bounteous Spirit".
(Ahura
Mazda, maha Pencipta, maha cemerlang, maha agung, maha besar, dan maha baik,
maha molek, maha teguh, maha bijaksana, maha sempurna, dan maha welas-asih).
"I
am the Keeper, Health-bestower, Priest, Most Priestly of priests, property-Producer,
King who rules at His will, liberal King. He who deceives not, He who is not
deceived, energetic-One, Holiness, Great-One, Good Sovereign, Wisest of the
Wise.
(Aku
inilah yang memelihara, yang menganugerahkan kesehatan, imam, maha imam dari
seluruh imam, yang memberikan kemakmuran, raja yang memerintah atas kemauannya,
raja yang dermawan, dia yang tidak memperdayakan, dia yang tidak diperdayakan,
sang Esa yang giat, maha Esa, penguasa yang baik, maha bijaksana dari yang
bijaksana).
Hal
serupa itu berulang kali dinyatakan di dalam ayat-ayat lainnya di dalam kitab
suci Avesta itu. Akan tetapi, Zend-Avesta, yang berisikan penafsiran Avesta,
membuat ajaran Zarathustra yang monotheis berubah menjadi dualistik yang
menempatkan Angra Mainyu itu sebagai kodrat yang sama kedudukannya dengan Ahura
Mazda. Penglukisan tentang Hari Peradilan Terakhir itu di dalam kitab suci
Avesta memperlihatkan bahwa Angro Mainyu itu disamakan kedudukannya dengan
makhluk lainnya, dan harus mempertanggung-jawabkan segala tindakannya di
hadapan Ahura Mazda.
**Peribadatan
Mary
Boyce, dalam bukunya Zoroastrians, "Their Religious Beliefs and
Practice" menjelaskan bahwa waktu ibadah orang-orang Iran zaman dulu
adalah ketika matahari terbit, ketika tengah hari, dan ketika matahari terbenam.
Waktu yang tersebut akhir tampaknya diperuntukkan bagi roh orang yang telah
meninggal dunia. Zoroaster tampaknya memberikan dua tambahan lagi, sehingga dia
mewajibkan kepada para pengikutnya untuk beribadat lima kali sehari. Tambahan
pertama adalah waktu setengah siang seperti waktu Ashar dalam agama Islam,
yaitu pertengahan antara tengah hari dan waktu matahari terbenam.
Tambahan
baru lainnya adalah waktu tengah malam yang tenggang waktunya sampai saat
matahari terbit. Doa ini dipersembahkan kepada Sraosha, Tuhannya doa. Selama
waktu itu, ketika kekuatan kegelapan berada pada puncak yang paling kuat dan
mencari-cari mangsa para pengikut Zoroaster harus bangun, mengisi minyak dan
dupa pada tungku api dan memperkuat dunia kebaikan dengan doa-doa mereka.
Bentuk
dan isi sembahyang yang dikenal dari praktek yang ada adalah sebagai berikut:
pertama,
orang yang melaksanakan sembahyang mempersiapkan diri dengan mencuci wajah,
tangan, dan kaki dari kotoran debu; kemudian melepas tali kawat suci dan berdiri
dengan tali dipegang dengan kedua tangannya di mukanya, tegak lurus di hadapan
penciptanya, matanya menatap simbol kebajikan, api. Kemudian dia berdoa kepada
Ahura Mazda, mengutuk Ahriman dengan memukul-mukul kawat dengan penghinaan,
memasang tali kawat lagi sambil berdoa. Keseluruhan pelaksanaan hanya memakan
waktu lima menit, tetapi pengulangan secara teratur merupakan ibadah yang
bernilai tinggi yang merupakan suatu disiplin yang terus menerus serta suatu
pengakuan yang teratur terhadap ajaran-ajaran dasar keimanan.
Di
samping kewajiban individu di atas, para pengikut Zoroaster masih memiliki
kewajiban bersama yaitu merayakan tujuh macam peringatan hari besar tahunan.
Waktu peringatan berbeda-beda: ada yang pertengahan musim semi, ada yang
pertengahan musim panas, dan ada yang pertengahan musim dingin. Perayaan ini
dirayakan dengan menghadiri upacara agama di pagi hari dan kemudian berkumpul
bersama di dalam kegembiraan dengan pesta makan bersama.
Upacara-upacara
khusus bagi kelahiran, menginjak usia pubertas, perkawinan, dan kematian juga
diajarkan di dalam agama Zoroaster.
**Kematian
Dalam Zoroasterianism.
Zoroastrianisme tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai berikut:
Mayat
dibiarkan di dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum dibawa ke
Dakhma, tempat untuk melaksanakan upacara kematian.Sesudah itu, mayat lalu
dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan.Di sana mayat akan ditelanjangi dan
ditidurkan di atas menara yang terbuka dan dibiarkan agar dimakan oleh
burung-burung. Sisa-sisa tulang kemudian dibuang ke dalam sumur.
Agama
Zoroaster meyakini bahwa tubuh manusia adalah tidak suci sehingga menurut
mereka jasad manusia tidak boleh mengotori bumi dan api, atas dasar alasan
tersebut jasad manusia tidak boleh di kubur atau di kremasi.
Oleh
sebab itu orang yang telah meninggal jenazahnya akan di bawa ke kuil Towers of
Silence agar di makan oleh burung pemakan bangkai, burung Nasar. Setelah daging
dimakan habis oleh burung Nasar dan tinggal tersisa tulang belulang, maka
tulang-tulang tersebut akan di buang ke tengah bangunan.
**Konsep
Eskatologi: Kehidupan Setelah Kematian.
Dalam pemahaman Zoroastrianisme, ajaran setelah kematian hampir mirip Islam. Setiap orang akan mengalami penghakiman setelah meninggal. Penganut Zoroaster meyakini bahwa ketika seseorang meninggal, ia harus dapat membuktikan dirinya telah melakukan lebih banyak kebaikan daripada kejahatan. Konsep kitab Avesta memberi dasar ajaran ini dan teks ini telah disalin dengan sedikit bervariasi di dalam kitab-kitab Pahlavi. Setiap roh manusia setelah meninggalkan kehidupan dunia akan bergentayangan menunggu selama tiga hari di dekat jasad yang sudah menjadi mayat. Pada hari ke empat, roh menghadapi pengadilan di atas Jembatan Cinvat (dalam Islam, Jembatan Sidratul Mustaqim/Muantaha) yaitu jembatan yang menuju ke sorga. Jembatan di jaga oleh dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim yang secara sangat adil menimbang perbuatan baik dan buruk manusia. Jika perbuatannya lebih berat, roh tersebut di ijinkan langsung menuju surga, tetapi jika perbuatan buruk lebih besar, roh tersebut ditarik dan di masukan ke dalam neraka. Apabila perbuatan baik dan buruknya seimbang, maka roh tersebut dibawa ke suatu tempat yang bernama hamestagan atau tempat campuran.
Setelah
berhasil melewati jembatan ini maka seseorang akan hidup bahagia dengan rahmat
Ahura Mazda. Semakin banyak kebaikan yang dibuat seseorang maka akan semakin
lebarlah jembatan itu dan sebaliknya, semakin besar kejahatannya maka semakin
sempitlah jembatan itu hingga rohnya tidak dapat melewatinya dan jatuh dari
Jembatan Cinvat. Di bawah jembatan inilah terdapat neraka yang penuh api,
sebuah tempat yang suram dan penuh kesedihan. Menurut ajaran Zoroastrianisme,
dunia akan mengalami pembaruan menuju kesempuranaan dan jiwa-jiwa baik yang
masih hidup dan sudah mati akan dibebaskan selamanya dari kuasa jahat.
Pembaruan dunia dan kebangkitan kembali seluruh ciptaan disebut Frashokeveti.
Neraka
di dalam agama Zoroaster bukan merupakan tempat penyiksaan abadi. Neraka hanya
bersifat sementara dan merupakan tempat penyucian dari noda-noda dosa. Agama
Zoroaster memberikan penjelasan bahwa Tuhan adalah kawan manusia dan Dia tidak
pernah membuat manusia menderita. Semua kejelekan dan semua penderitaan berasal
dari Ahriman.
**Hari
Kebangkitan.
Sebagaimana
dapat dipahami dari uraian yang telah di kemukakan sebelumnya, pengadilan roh
pada saat kematian hanyalah merupakan suatu pendahuluan bagi pengadilan akhir
hari kiamat. Perhitungan terakhir, menurut agama Zoroaster, juga hanya berupa
tiga hari penyucian di dalam logam yang meleleh dan setelah itu roh-roh
terkutuk bangkit dari neraka dan seluruh umat manusia tanpa kecuali berkumpul
dalam surga tempat mereka semua akan memuji Tuhan selamanya. Tuhan tidak
mengutuk makhlukNya dengan siksaan abadi karena dosa-dosanya bagaimanapun
besarnya. Semua dosa akan dihukum dengan setimpal di dalam neraka yang bersifat
sementara. Neraka adalah tempat tinggal Ahriman dan Syaitan-syaitan. Tuhan
melunakkan keadilan dengan rasa belas kasihan. Dia tidak mempunyai sifat yang
kejam dan sama sekali tidak bisa murka.
**Kitab
Suci.
Kitab suci orang-orang penganut Zoroaster adalah kumpulan tulisan-tulisan sakral yang dikenal dengan Avesta yang terbagi menjadi empat bagian. Keempat bagian itu terdiri atas:
Kitab
Yasna yaitu kumpulan doa-doa dan aturan-aturan ibadah. Kitab Yasna juga
mencakup Ghata yakni kumpulan puji-pujian yang dipercayai sebagai hasil tulisan
dari Zoroaster. Ghata terdiri dari 17 puji-pujian yang dibuat dalam bentuk
puisi yang sulit diterjemahkan dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang
tertentu.Puisi ini menceritakan tentang perjumpaan Zoroaster dengan Tuhan dalam
suatu penglihatan.Kitab Visparat berisi puji-pujian penuh hormat serta
permohonan kepada Tuhan.Kitab Vivevdat (Vendidad) yaitu tulisan-tulisan yang
berkaitan dengan ritual pemurnian.Kitab Khode Avesta, yaitu buku kumpulan doa
sehari-hari yang di dalamnya juga mencakup Yashts, kumpulan puji-pujian dan
puisi tentang kepahlawanan.
**Tempat
Ibadah.
Para penganut Zoroastrianisme beribadah di dalam kuil yang disebut dengan Kuil Api. Disebut demikian karena di dalam kuil, api dibiarkan menyala terus-menerus sebagai lambang kehadiran dewa. Api bukan saja menyimbolkan kehadiran Tuhan tetapi juga sebagai simbol kesucian.
**Ritus/Ritual
dalam Agama Zoroaster.
Navjote
dikenal pula sebagai Sedreh-Pushi. Ini adalah upacara inisiasi dimana seorang
anak, berusia antara tujuh sampai dua belas menerima Sudreh dan Kusti dan
melakukan Kusti Ritual untuk pertama kalinya. Anak mulai belajar doa
sehari-hari dan akan terlibat dalam pembasuhan sebagai bagian dari upacara.
Upacara ini dilakukan oleh mobed (pendeta Zoroaster) dan wajib bagi semua
keluarga Zoroastrian.
**Pernikahan.
Ada dua tahap dalam pernikahan Zoroaster. Pada tahap pertama, para mempelai, serta pengasuhnya menandatangani kontrak pernikahan. Tahap kedua adalah layanan diikuti oleh pesta dan perayaan yang secara tradisional diadakan selama 3 sampai 7 hari. Selama layanan, saudara perempuan menikah memegang syal putih diatas kepala pasangan. Pada saat yang sama, pasangan pengantin mengkristal gula kerucut yang digosok bersama guna mempermanis kehidupan pasangan itu. Kemudian, dua bagian syal yang dijahit bersama-sama dengan jarum dan benang untuk melambangkan penyatuan pasangan selama sisa hidup mereka. Secara tradisional, kedua calon mempelai menggunakan busana putih dan gaun putih. Warna putih adalah simbol kesucian dalam Zoroastrianisme.
**Festival
dan Hari Raya dalam Agama Zoroaster.
>>Kalender
Zoroastrian.
Kalender
Zoroaster penuh dengan hari suci, pesta dan festival, memberikan
Zoroastrianisme reputasi sebagai agama menyenangkan yang penuh dengan perayaan.
Festival adalah aspek yang sangat menonjol dari ibadah Zoroaster dan terkait
erat dengan musim. Kalender Zoroastrian dibagi menjadi 12 bulan. Setiap hari
bulan dinamai Ahura Mazda, Amesha Spenta atau Yazata.
Kalender
Zoroaster menyajikan masalah sulit bagi Zoroastrian, telah ada sejumlah
perubahan selama berabad-abad dengan hasil bahwa sekarang ada tiga kalender
yang berbeda: Fasli, Shahanshahi, dan Qadimi. Ini berarti bahwa festival yang
dirayakan pada waktu yang berbeda tergantung pada kalender yang digunakan oleh
masyarakat.
>>Khordad
Sal (Ulang Tahun Zoroaster)
Khordad
Sal dirayakan sebagai hari kelahiran Zoroaster. Tanggal yang dipilih adalah
simbol sejak tanggal pasti kelahiran Nabi tidak bisa diidentifikasi secara
akurat. Festival ini dianggap salah satu yang terpenting dalam kalender
Zoroaster. Zoroastrianisme berkumpul di kuil Api, berdoa, dan kemudian
merayakan dengan pesta.
>>Pesta
Wajib (Gahanbars)
Zoroastrianisme
memiliki tujuh pesta wajib, enam diantaranya disebut dengan gahanbars;
Maidyozarem (Pesta pertengahan musim semi), Maidyoshahem (Pesta pertengahan
musim panas), Paitishahem (Pesta membawa panen), Ayathrem (Membawa pulang
ternak), Maidyarem (Pesta musim dingin), dan Hamaspathmaidyem (Pesta seluruh
jiwa). Asal-usul gahanbars yaitu tanggal kembalinya masyarakat pertanian
pra-Zoroaster dari Dataran Tinggi Iran dan berhubungan dengan perubahan musim.
Mereka menjadi perayaan keagamaan dan perayaan komunal riang dengan pesta dan
sukaria.
**Noruz
(Tahun Baru)
Noruz
atau Jamshedi Noruz adalah pesta wajib ketujuh dan didedikasikan untuk
menembak. Ini adalah perayaan tahun baru Zoroaster dan terjadi pada musim semi.
Noruz begitu tertanam dalam budaya Iran yang masih dirayakan sebagai Tahun Baru
Iran di Iran Islam, meskipun tanpa konotasi religius. Banyak api yang menyala
dan ada perayaan. Di zaman modern kembang api juga menjadi bagian dari
perayaan.
**Sekte-sekte
dalam Zoroastrianisme.
Terbaginya
Zoroastrisme ke dalam beberapa kelompok bukan disebabkan karena perbedaan
pemahaman teologi. Pembagian sekte-sekte ini karena waktu perayaan Tahun Baru yang
berbeda-beda. Terdapat tiga sekte dalam Zoroastrianisme:
1.
Kelompok Shenshahi yang merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan
Agustus atau September
2.
Kelompok Qadimi yang merayakan Tahun Baru pada musim panas, sekitar bulan Juli
atau Agustus
3.
Kelompok Fasli yang merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal
21 Maret
**Perkembangan
Zoroastrianisme Masa Kini.
Zoroastrianisme
tidak menekankan pentingnya konversi. Mereka berusaha mempertahankan agamanya
sebagai agama yang khas dalam komunitas mereka. Akan tetapi, mereka tetap
membuka peluang bagi siapa saja yang hendak menjadi penganut Zoroastrianisme.
Sepanjang abad 20, banyak orang-orang penganut Zoroastrianisme yang menetap di
Iran dan India melakukan migrasi ke negara-negara lain. Kini, komunitas
Zoroastrianisme dapat ditemukan di kota-kota besar seperti London,New
York,Chicago,Boston dan Los Angeles dan telah hidup berbaur dengan
komunitas-komunitas beragama lain.
**Ajaran
Zoroaster diantaranya:
a.
Kepercayaan kepada Tuhan
Di
dalam kepercayaannya keapada Tuhan, Zoroaster berbeda dengan ajaran Majusi
terdahulu yang mempercayai dua tuhan, akan tetapi Zoroaster mempercayai hanya
satu Tuhan yaitu tuhan kebaikan (Ahuramazda) yang merupakan tuhan mutlak.
Sementara tuhan kegelapan atau tuhan kejahatan (Ahriman) menurut ajaran
Zoroaster itu bukanlah tuhan. Melaikan roh jahat yang selalu mengajak manusia
untuk berbuat jahat.
b.
Kitab suci
Zoroaster
juga memiliki kitab suci yang mereka namai dengan nama “Avesta”, sebuah kitab
suci yang disusun dengan bahwa Persia kuno, (bahasa Pahlawy) yang halus, yang
ada pada masa sekarang ini bahasa tersebut hamper tidak bisa dikenal. Sebagian
besar kitab tersebut hilang, sebagian yang lain telah diterjemahkan ke bahasa
Persia modern yang biasa dibaca oleh orang-orang Zoroaster ketika beribadah.
c.
Kepercayaan kepada Akhirat
Agama
Zoroaster juga mempercayai kehidupan akhirat. Menurut ajarannya bahwa manusia
akan melewati dua kehidupan kehidupan yang pertama adalah kehidupan dunia ini.
sementara yang kudua adalah alam akherat setelah manusia mati. Dan manusia akan
merasakan bahagia atau sengsara tergantung amal perbutannya di dunia.
d.
Yang mempengaruhi keadaan manusia
Menurut
ajarannya pula bahwa manusia di pengaruhi dua kekuatan yang saling berlawanan
yaitu pengaruh roh kebaikan dan roh keburukan. Manusia diciptakan oleh
Ahuramadza yang diberikan kebebasan dalam menentukan kehendak. Sehingga manusia
bisa jahat dan bisa baik tergantung mereka mengikuti roh jahat atau roh baik.
Jika manusia mengikuti roh baik dengan menjalankan segala kebaikan maka
Ahuramadza akan memberikan pahala, sementara jika mengikuti roh jahat dengan
melakukan perbuatan yang jahat, maka ia akan mendapatkan dosa.
e.
Terjadinya kiamat
Ajaran
Zoroaster juga mempercayai akan adanya hari kiamat. Setelah dilakukan
perhitungan amal manusia masing-masing maka manusia akan melintasi jalan untuk
mencapai surga. Manusia yang memiliki amal yang banyak akan mudah melaluinya,
semetera manusia yang banyak dosanya maka ia akan terjatuh dan masuk neraka
bersama pengikut AHriman dalam siksa neraka.
f.
Tata cara kehidupan
Dalam
kehidupan Zoroaster mengajarkan agar manusia untuk menikah, berketurunan,
memelihara utsan penghidupan, pertanian dan peternakan. Sama seperti halnya
agama yang lain.
g.
Akhlak
Zoroaster
mengajarkan kepada pemeluknya untuk menolong tuhannya mengalahkan roh jahat
dengan melakukan pemurnia pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik;
kebersiahan hati yang pemurah dan dermawan; pengasih kepada binatang terutama
hewan yang berguna; melakukan pekerjaan yang bermanfaat ; menolong kepada
sesame manusia terutama orang-orang yang membutuhkan; memberikan pendidikan dan
pengajaran yang baik.
Inti
dari ajaran Zoroaster terletak pada tiga perkara yaitu “Huhata” yang berate
“Pikiran yang bik”, “Hukhata” yang berarti “Perkataan yang baik”, dan
“Huharsta” yang berarti “Perbuatan yang baik”.
=======================================================================
Sumber:
*http://www.islamquest.net(Inggris)S.A
*Nigosian.
1990. World's Faiths. St.Martin's Press. hlm. 81, 87-91.
*(Inggris)Mary
Pat Fisher. 1997. An Encyclopedia of The World's Faith Living Religions. Tauris
Publisher. Hal. 208-214.
*(Indonesia)H.M
Arifin. 1986. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. Golden Trayon. Hlm. 18,
20-24.
*(Inggris)Elizabeth
Dowling, George Scarlett. 2006. Encyclopedia of Religious aand Spiritual
Development. California: Sage Publications. Hlm. 495.
*(Indonesia)M.Dhavamony.
1995. Fenomenologi Agama. Jogjakarta: Kanisius. Hlm. 124.
*(Inggris)Mary
Boyce. 1996. A History of Zoroastrianism. Leiden:E.J Brill. Hlm. 286.
*(Inggris)Diane
Morgan. 2001. The Best Guide to Eastern Philosophy and Religion. Renaissance
Books. Hlm. 301.
*(Indonesia)Michael
Keene. 2006. Agama-Agama Dunia. Jogjakarta: Kanisius. Hlm. 175.
Posting Komentar untuk "Mengenal Zoroaster / Zoroastrianisme"